Maret 26, 2014

#Cerita Saya

Teman saya pernah bercerita, sebut saja Abi. Ia sekarang seorang ustad. Usia dua puluh tahun menikah, dan istrinya pada saat itu masih berumur delapan belas tahun. Dia orangnya suka menulis. Sambil kuliah, sambil mengurus rumah tangganya, dan menghidupi keluarganya lewat menulis. Dia pernah berpesan, "menulis kisah inspiratif atau menulis hal yang berbau pendidikan itu tidak harus menunggu diri kita baik dulu. Menulis sama saja seperti sedang mendakwahi diri sendiri. Ketika buku itu selesai maka saya akan merasa malu kalau pekerjaan itu tidak saya lakukan", kata dia. 

Perkataan teman saya menjadi mantra bagi diri saya pribadi, hingga detik ini saya berusaha lagi menulis, meski sekedar menulis di blog atau membagikannya di facebook, semua sama saja. Saya hanya sedang berusaha meyakinkan diri sendiri untuk menulis dan melatih ketekunan, itu saja. Kalaupun tulisan saya pernah nongol di koran itu hadiah ketekunan barangkali, hehe #narsis :) 

Ada juga cerita lain dari teman saya, alasan kenapa sampai hari ini dia enggan mengenakan jilbab. Simple sekali dia menjawab, "aku masih suka ngakak dipinggir jalan, masih suka nongkrong, masih belum bisa baik dan lain sebagainya. Dia juga berdalih, "Aku gak mau mbak giliran aku berjilbab nantinya aku malah merokok, ngomong kasar, jejeritan dipinggir jalan. masak berjilbab aja kayak gitu?"

Kali ini saya akan mengulang perkataan Abi. Mau berjilbab, jangan pernah memandang diri kita harus baik dulu, atau orang lain tidak baik. Semua kembali kepada proses. Kalian tahu kenapa Islam bisa berjaya sampai sekarang? Karena, Nabi sangat menghargai yang namanya proses. Beliau tidak semerta-merta mendakwahi orang semaunya, beliau selalu sabar. Sabar dalam menunggu perintah Allah, sabar dalam menghadapi kaum kafir Quraisy. 

Artinya kita sebagai manusia diperintah Allah untuk taat. Jilbab dulu, tunjukin kalau kamu muslim. Tunjukin kalau jati diri muslim itu baik, bukan yang suka free sex, bukan yang ngerokok dsb. Nabi ketika beliau berdakwah jalan kaki gak ada pake pesawat, gak pake naek travel, gak pake alpard yang bisa ngadem kalo kepanasan atau smsan dulu sama para sahabat dan tabi’in, paling banter Nabi minta bantuan onta buat nganterin beliau kemana-mana. Beliau tetap berusaha, sambil berdoa sambil memperbaiki diri selama proses dakwah berlangsung. Semakin beliau di hina semakin getol berdakwah tanpa kenal lelah dan semangatnya berdarah-darah. Terlebih kita sebagai pemuda penerus bangsa harus tetap optimis untuk peluang sekecil apapun. Ada kesempatan menulis, menulislah. ada kesempatan berjilbab, berjilbablah dari sekarang jangan nunggu dijilbabin pas mau dikubur. Pokoknya mah, ada kesempatan berbuat baik berbuat baiklah. 

# it's my perspektif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar