Juni 24, 2011

Tentangmu dan masa kita


     
Dingin menyapaku melalui celah bukit perawan. Keindahan lukisan putri tidur menyemai wajahmu disana. Ada rindu yang kupahat untuk satu senyummu yang kau tinggal saat kali pertama kau menyapaku disini. Hujan mewarnai pertemuan kita kala itu. aku hanya bisa memandangi mu lewat secarik kertas yang lusuh persis dengan bermacam-macam argumen dan segala bagai kritikan tentang ceritaku tahun lalu.
     Kedatanganmu yang tiba-tiba seolah membangunkanku dari mimpi. Bahkan aku sempat tak sadar kalau yang kujumpai adalah dirimu, yang dulu sempat melukis senyum lembut untukku di pesantren. Kau berhasil menyihirku kembali, membekukanku dalam tatap mata elangmu.
      Kau bawa aku dalam diskusi hangat tak berujung, dan seperti biasa kita tak kan pernah sependapat. Ternyata  kau  tak banyak berubah Rif. Kau masih Arif yang kukenal, yang selalu berusaha mematahkan segala pendapatku. Apalagi jika hal itu menyangkut perempuan, kau pasti akan mati-matian menyerangku dengan segala argumen yang menyudutkanku.
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar