Juni 27, 2011

Tentangmu yang Kembali dalam Ingatan


Sekarang aku ingin memanggilnya dengan sebutan “Mu...”.  Nama tengah yang sengaja aku ambil dari nama panjangnya. Semoga dia berkenan. Tepatnya tujuh tahun silam, aku tidak pernah melihat batang hidungnya sama sekali hingga aku menemukannya di situs jejaring sosial bernama “Blog”. Ya, aku kali pertama melihat mukanya setelah tujuh tahun lamanya, setelah usia kita sudah sama-sama menua, setelah jarak yang sangat jauh memisahkan kita, setelah aku tidak sadar kalau ternyata aku pernah punya teman seperti dia.  
Aku bingung mau aku mulai dari mana ceritanya. Cerita yang sengaja ingin aku buat khusus untuk mengingatnya saja. Mengingat “Mu” . Terkesan konyol dan tidak bisa dibilang mendramatisir. Karena aku bukan orang yang bisa mengubah keadaan menjadi sebuah lakon layaknya drama.
Sebenarnya aku bukan satu-satunya orang yang menjadi teman dekatnya, hanya saja aku yang diam-diam memujanya. Bahkan mengaguminya sebagai teman yang tak disangka-sangka akan keberadaannya yang seperti itu.
Di sebuah taman sekolah dasar tempat pertama kalinya aku mengenal huruf, pertama kalinya aku mengeja “a, b, c, dan d......” dengan tiga puluh sembilan orang lainnya. Disitu pula aku kenal dengan “Mu”. Sosok yang dulunya tidak terlalu akrab denganku, yang hanya bicara sekedarnya saja, yang ketika dikelas aku tidak pernah belajar bersama dengannya. Dan yang paling penting tidak terlalu menonjol dalam prestasi kelas tingkat satu sampai tiga. Karena aku tahu siapa saja orang-orang yang biasa menduduki prestasi satu sampai tiga itu. Tiga nama yang tidak pernah tergeser dengan deretan nama teman-temanku yang lain. Kecuali aku yang selalu berebut posisi ke empat hingga delapan, mungkin aku dan “Mu” salah satu penduduk yang terbiasa naik turun di posisi peringkat kelas ke empat sampai delapan pada waktu itu. Entahlah, aku juga tidak tahu pasti seberapa sering “Mu” berprestasi. Seingatku seperti itu.
“Mu” bertubuh mungil atau boleh dibilang tidak terlalu tinggi dibanding teman laki-laki yang lain. Aku, Mu dan satu lagi Mipta yang memang bertubuh kecil diantara tiga puluh tujuh orang lainnya. Tapi yang paling menyebalkan, akulah yang sering jadi bahan ledekan teman-teman karena tubuh pendek ku mewakili teman perempuanku yang lain. Tidak ada yang istimewa dari “Mu” , karena saking tidak tahunya aku tentang dirinya.

Matanya bulat kecil kecoklatan, rambutnya Ikal dan selalu tersisir rapi, kalau digambarkan mungkin lebih mirip Ikal dalam lakon laskar pelangi, tapi ”Mu” temanku ini sangat berbeda sifatnya dengan ikal.  Aku tidak pernah tahu kalau dia suka pada teman lawan jenisnya di  sekolah layaknya  Ikal yang suka pada sepupu Hak Giong , temannya. Dan  tidak kalah ingat, bicaranya yang kidal, eh salah bukan itu. Eehmmm....seperti anak kecil yang masih belum sempurna kalau bicara. Hee... maaf “Mu” kalau gambaran umum tentangmu aku salah mensketsanya. Hanya itu yang bisa aku ingat tentang masa kecilmu.
Kalau aku ingat-ingat lagi kejadian tujuh tahun silam, rasanya sudah tidak peka lagi. Banyak yang sudah terlupakan. Yang paling aku ingat, aku pernah saling berebut membeli majalah Mentari. Majalah kanak-kanak yang paling terkenal  masa-masa di sekolah dasar ku dulu. Aku bertiga dengan sesama teman perempuanku menggenjot sepeda ontel sekencang-kencangnya agar kebagian majalah Mentari, termasuk “Mu” . Yang selalu pelan membawa sepedanya adalah Wulan, kebetulan waktu itu dia baru belajar naik sepeda, akibatnya dia selalu telat dan tidak kebagian majalah. Kami selalu tertawa puas, seolah-olah telah merebut kemenangan darinya.
Seandainya ada yang menyimpan beberapa file memoriku yang hilang waktu itu, mungkin aku akan selalu memutar dan memutarnya kembali sampai saat ini. Ini memang tak wajar. Aku tiba-tiba teringat masa-masa itu, semua karena “Mu”.  Kalau saja “Mu” tidak muncul secara tidak sengaja  ketika sedang browsing, mungin aku melupakan “Mu” begitu saja.
Oh ya, Aku akan menceritakan sesuatu yang mengingatkanku pada “Mu”,  teman kecilku itu. Tujuh tahun silam, aku berpisah dengannya tepat di hari-hari terakhir kelulusan di  sekolah dasar. Aku hanya mendengar kabar dia akan hijrah ke surabaya untuk Mondok disana. Aku tidak tahu dimana. Mungkin di  Darul Ulum atau di Bahrul Ulum. Karena memang hanya itu yang aku tahu pondok yang terkenal dan bagus disana. Ya, sejak saat itu aku tidak ingat lagi dengan yang namanya “Mu”.
Enam tahun berlau begitu cepat, dan secepat itu pula aku melupakan teman-teman disekolah dasar. Mungkin hanya beberapa yang aku ingat dari sebahagian yang sudah hilang dari memoriku kemarin. Termasuk yang sedang aku bicarakan sekarang. “Mu”. Enam tahun berlalu, dari masa kanak-kanak menuju keremajaanku. Sekolah menengah pertama bahakan menengah atas, tak mengingatkanku pada sosok yang bernama “Mu”. Hingga akhirnya waktulah yang mengantarkanku pada sebuah universitas di Malang raya.
Satu tahun aku duduk dibangku kuliah, tak terbersit pikiranku tentang “Mu”. Sampai waktunya “Mu” lah yang menyapaku di “Blog’’ itu. Waktu itu, aku tengah mencari bahan untuk tugas kuliah di internet. Mungkin kala itu aku sudah smester dua.  Aku iseng mencari kata kunci yang berhubungan dengan nama daerahku “Ambunten”. Barangkali ada yang menulis artikel atau info apa di internet tentang desaku itu. Sampailah pada “Blog” dimana blog itu berisi foto-foto “Mu” dan tulisan-tulisannya yang lumat itu. Waktu itu aku tak bereaksi apa-apa,aku juga tidak tahu kalau “Mu” tema lamaku dan seharusnya aku mengenalnya. Aku benar-benar dibuat lupa oleh wajahnya yang begitu berbeda dari enam tahun silam. Yang jadi pertanyaanku waktu itu, “Siapa orang Ambunten ini?” kenapa aku tak mengenalnya, padahal foto dan nama lengkapnya sudah terpampang lebar-lebar di blog miliknya itu. Dan aku menemukan profil yang bisa aku lihat lebih jelas di facebook. Dan lagi-lagi aku dibuat nya melakukan hal yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya. Ku buka facebookku lalu kucari dan ku tambahkan dia menjadi teman baruku di facebook. Karena waktu itu aku tengah dibuat mabuk oleh tulisan-tulisannya dan lupa, yang awalnya mencari bahan-bahan untuk tugas kuliah di internet.
Hari-hari berikutnya, aku dibuat penasaran lagi untuk terus membuka dan membaca tulisan “Mu” yang barangkali aku juga akan menemukan informasi tentangnya. Setelah beberapa kali aku buka Blog dan dan Facebooknya. Tiba-tiba dia muncul dan berkata lewat pesan singkatnya di Facebook. “Kamu titin ya?” singkat, tapi mebuatku semakin bingung. Bingung karena aku masih belum mengenalinya. Ku buka lagi blognya, aku lihat fotonya lebar-lebar, aku lafalkan namanya. Dan sepertinya memang tidak asing nama lengkapnya di telingaku kala itu. Lagi-lagi aku dibuat setengah gila oleh orang yang bernama “Mu ”. 
Aku cari dia di profil teman-temanku Satu persatu waktu sekolah dasar yang juga tergabung dijejaring sosial bernama facebook. Dan benar, ternyata sudah banyak yang menjadi temannya. Teman “Mu” di dunia Maya. Bukan dunia Luna. Boleh dibilang aku adalah teman yang tertinggal yang ingat pada “Mu” . Hari itu juga aku mengingat-ngingat siapa “Mu”. Dan untungnya aku tak terlalu pikun diusiaku yang ke delapanbelas untuk mengingat “Mu” lewat foto-fotonya.
Aku bernapas lega, karena aku sudah tahu siapa penulis Blog yang sudah memikat hatiku waktu itu. Ya, namanya “Munir”. Dia telah benar-benar berhasil membuatku gila, gila karena aku membaca dengan rakus semua yang Ia tulis lewat Blognya, Gila karena aku selalu mampir ke Profilnya tiap kali membuka Facebook, gila karena ternyata “Mu” teman kecilku disekolah dasar yang nyaris aku tidak mengenalinya ketika dia beranjak dewasa.
Tahukah kalian? Akhirnya aku benar-benar melihat wajah asli “Mu” dirumah. Tepatnya liburan hari raya Idul Fitri September kemarin. Kebetulan aku berinisiatif untuk bertemu dengan teman-teman sekolah dasar, mengadakan open house kecil-kecilan dirumah bersama tiga puluh tujuh orang teman disekolah dasarku dulu. Bersama teman-teman yang lain “Mu” datang kerumahku. Meski beberapa anak saja, “Mu” cukup mewakili. Heee... mungkin terdengarnya aneh, tapi itulah yang aku rasakan. Aku senang karena, untuk yang pertama kalinya aku bertemu langsung dengan “Mu” setelah tujuh tahun silam, setelah beberapa senja memisahkanku. Setelah seringkali aku tertawa terbahak-bahak membaca ending cerita yang Ia persembahkan lewat Blognya. Terlebih lagi karena kesenanganku pada pada rambutnya yang gimbal itu. to the el to the bay “lebay”,
“Mu” berubah menjadi lelaki jangkung, tubuh lurus, dengan rambut gondrong,  gimbal asli tidak dibuat-buat alias dampak rambut ikalnya dulu. Dia selalu tampil dengan fotonya yang aneh-aneh. Tulisannya yang agak sedikit “nakal” tapi aku suka, tulisannya agak melankolis tapi romantis dan itupun aku suka. Hal itu yang selalu  membuatku tertarik membaca jengkal demi jengkal tulisan yang ia coret di Blognya maupun di facebooknya
Mungkin “Mu” akan menertawakanku kalau dia membaca tulisan ini, bahkan dengan senang hati tidak menganggapku temannya lagi karena terlalu berlebihan menuliskan hal-hal yang sebenarnya menjadi privasiku. Tapi Ini bukan sebatas teman mengidolakan teman, yang ingin selalu aku ingat bahwa teman sampai kapanpun akan selalu hadir dipembaringanku. Sejauh apapun Ia kelak, atau bahkan Ia tengah melupakan ku. Berjanjilah untuk tidak melupakannya meski senja mengubur kita untuk yang terakhir kalinya.

Malang, di penghujung  2010
Selesai  00.54 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar