Judul Buku : Melukis Pelangi; Catatan Hati Oki Setiana Dewi
Penerbit : Mizania
Tahun terbit : 2011
Tebal buku : 347 hlm
Peresensi :
Siti Nurul Fatimah*
Man jadda wa jadda. Petikan
ayat ini seolah-olah menjadi penyihir bagi sesiapa yang ingin atau bagi
yang sudah meraih kesuksesan. Sukses adalah sebuah pilihan namun didalamnya
juga hadir bumbu-bumbu pelengkap agar menjadi lebih nikmat.
Sukses sangat berkaitan erat dengan
spiritualitas seseorang. Spiritualistas merupakan salah satu dimensi peradaban
yang seringkali terlupakan oleh segelintir manusia sejak dulu hingga sekarang.
Kontribusi spiritual manusia kedalam perdaban manusia semakin lama semakin
diphamai positif oleh banyak orang.
Spiritual
setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup,
kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga memberikan suatu
perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri),
interpersonal (hubungan antara orang lain dengan lingkungan) dan transpersonal
(hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan ketuhanan yang
merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi
kesehatan spiritual.
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti
mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep
kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama, kepercayaan didefinisikan
sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha,
dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan Ketuhanan, Kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai wewenang
atau kuasa, sesuatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan (believe)
dan keyakinan sepenuhnya (action), harapan (hope), harapan merupakan suatu
konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa kebaikan, dan
perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu yang kurang menyenangkan. Harapan
juga merupakan energi yang bisa memberikan motivasi kepada individu untuk
mencapai suatu prestasi dan berorientasi kedepan. Agama adalah sebagai sistem
organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan
dengan jelas secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu
sistem ibadah yang terorganisir atau teratur.
Seseorang akan bersama siapa yang dia
cintai. Al’mar’u ma’a man ahabbahu. Begitulah pesan Rasulllah Saw. yang
diriwayatkan dalam hadis Bukhari dan Muslim. Cinta yang disampaikan rasul.
Cinta kepada-Nya akan menunjukkan bagaimana kita tunduk dan balasannya akan
bersama siapa yang mencintai.
Buku ini mereflesikan batin Oki yang
kala itu masih remaja beranjak dewasa, dalam sebuah perjalanan spiritualnya dalam
konteks yang unik. Berulang kali saya terharu, simpati, bahkan terkadang ikut
emosional (marah) dalam penuturan kalimat penulisnya
“Ilmu itu mahal harganya . Dan aku tidak
terlahir dari keluarga kaya yang bebas memilih les di mana saja yang aku
inginkan. Karenanya, aku harus memutar otak bagaimana cara medapat ilmu tanpa
mengeluarkan uang. Selama ada niat dan keinginan yang kuat, ilmu itu bisa didapat
. Salah satunya mengikuti ekstra kulikuler tersebut” Itulah petikan kalimat yang termaktub dalam
tulisan Oki di halaman 69.
Percaya
Diri Bagi
orang yang ingin memacu percepatan dirinya, maka tidak bisa tidak waktu adalah
kuncinya. Sebab sesungguhnya waktu adalah hidup kita. Orang bodoh adalah orang
yang diberi modal hidup berupa waktu kemudian ia sia-siakan. Ada tiga kelompok
orang yang menggunakan waktu, yaitu : Orang sukses, yaitu orang yang
menggunakan waktu dengan optimal, salah satu cirinya adalah ia melakukan
sesuatu hal yang tidak di minati oleh orang gagal.Orang malang, yaitu orang
yang hari-harinya diisi dengan kekecewaan dan selalu memulai sesuatu pada
keesokan harinya.Orang hebat, yaitu orang yang bersedia melakukan sesuatu
sekarang juga. Bagi orang hebat tidak ada hari esok, dia berkata bahwa membuang
waktu bukan saja kejahatan, tetapi suatu pembunuhan yang kejam.Karena mengetahui
dan menyadari akan pentingnya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan
kehidupan ini. Oleh karena itu, yang pertama dan utama yang harus dilakukan
untuk menjadi pribadi unggul adalah pantang menyia-nyiakan waktu. Kita tidak
boleh melakukan sesuatu dengan sia-sia, sebab semua yang dilakukan sangat pasti
memakan waktu, sedangkan waktu itu sangat berharga. Tidak mungkin kita
melakukan yang sia-sia (mubadzir), bukankah perbuatan mubadzir itu adalah
perbuatan syetan, Alloh SWT berfirman : “sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syetan, dan syetan itu sangat ingkar pada Tuhan-Nya”.
(QS. Al Israa (17:27)
Lihatlah
hidup keseharian kita, seringkali secara sadar atau tidak telah melalaikan
waktu. Anehnya tidak jarang setengah mati kita menjaga harta kita supaya tidak
hilang dicuri orang, tapi jarang menjaga waktu agar tidak dicuri dengan hal-hal
yang sia-sia. Berapa banyak kita ngobrol sia-sia yang berarti dia telah mencuri
waktu kita. Berapa banya waktu kita untuk nonton TV yang tidak semua acaranya
mendidik kita agar lebih berhasil guna dan berdaya guna, dan TV telah mencuri
waktu kita. Maka mulai sekarang pantanglah kita menyia-nyiakan waktu tanpa
faedah. Alloh berfirman: “Sesungguhnya berintunglah orang-orang yang beriman,
yaitu orang yang khusu dalam sholatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna”. Artinya sholat yang
terpelihara mutunya, khusu namanya, yang dilakukan oleh orang-orang yang
benar-benar menjaga kualitas mutu sholatnya, itulah yang beruntung.Jadi
pastikan waktu yang digunakan hanya diisi untuk memacu dan menempa kemampuan
diri. Artinya setiap jam, setiap hari, setiap minggu yang kita lalui harus
selalu benar-benar full manfaat dan lebih yang orang lain lakukan.
Sistem
Yang Kondusif, Sistem yang kita masuki itu akan sangat
mempengaruhi percepatan diri kita, salah dalam memilih sistem, memilih lingkungan
maka akibatnyapun akan segera kita rasakan. Maka barang siapa ingin memiliki
percepatan diri yang baik untuk menjadi unggul, maka harus bisa mencari sistem
dan lingkungan atau teman-teman yang berkualitas. Sistem yang memiliki
keunggulan dari standar biasa, lingkungan yang memuliakan perilaku yang
terjaga, teman yang memiliki kehalusan budi pekerti yang tinggi. Apa bila kita
memasuki dalam sistem seperti ini, maka imbasnya pada diri kita jua. Percepatan
kita akan terkontrol untuk menjadi unggul dan bermutu. Lembaga atau organisasi
yang memiliki sistem yang unggul, banyak yang telah membuktikan dirinya tampil
dalam kehidupan bermasyarakat lebih maju dan lebih bermutu. Pastikan untuk
tidak salah dalam memilih pergaulan. Sebab salah dalam memilih pergaulan
lingkungan, salah dalam memilih sistem, berarti telah salah dalam memilih
kesuksesan. Ingatlah pepatah “Bergaul dengan tukang minyak wangi akan kebawa
wangi, bergaul dengan pandai besi akan kebawa bau bakaran”.
Berdaya
Saing Positif, Dalam setiap kesempatan dan lingkungan, kita
harus memiliki naluri berdaya saing positif. Kalau tidak, pasti kita akan berat
menghadapi hidup ini. Majalah “Panji” pernah memberitakan bahwa beberapa tahun
lagi Universitas-Universitas luar negri, seperti Oxford, Harvard, UCLA,
Stanford dan Universitas beken lainya, akan masuk ke Indonesia. Kenyataan ini
akan membuat miris beberapa perguruan tinggi. Sikap ini nampaknya dipicu oleh
kenyataan adanya kesenjangan kualitas Perguruan Tinggi dalam negri dan
Perguruan Tinggi luar negri.
Bagi Perguruan Tinggi yang tidak
memiliki mental berdaya saing positif, akan membuat mereka panik, kalang kabut
karena takut kesaingan. Melihat kenyataan yang sama atau lebih darinya, maka
akan dianggap sebuah ancaman yang seolah-olah akan menghancurkanya.Namun bagi
yang memiliki mental bersaing yang positif, hal itu justru akan di tanggapi
dengan senang hati, seolah-olah dia mendapatkan sparing partner yang akan
memacunya lebih berkualitas lagi. Sebab mereka yang tidak diberi pesaing,
kadang-kadang tidak membuat mereka maju.
Pepatah mengatakan bahwa “lebih
baik menjadi juara dua di antara juara umum, dari pada jadi juara satu dari
yang lemah, atau juara utama dari yang bodoh”. Karena yang terpenting bukan
jadi juaranya, tapi bagai mana caranya kita memompa kemampuan optimal dalam
menjalani kehidupan. Lebih baik juara dua di antara juara dari pada juara umum
di antara yang kalah. Sahabat-sahabat sekalian, kita janganlah sebel jika
melihat orang lain lebih baik dari kita, karena orang-orang yang suka iri hati,
sebel dongkol kepada prestasi orang lain, biasanya tidak akan unggul. Berani
bersaing secara sehat dan positif adalah kunci menuju gerbang kesuksesan.
Mampu
Bersinergi. Steven
R. Covey, mencantumkan sinergi sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan yang
efektif. Dalam bersinergi atau berjamaah akan tercermin perbedaan nilai tiap
individu, yang kalau kita mampu mengelolanya akan melahirkan team work yang
solid, dimana nilai hasilnya akan jauh lebih besar, lebih dahsyat atau lebih
unggul dibandingkan kalau dilakukan sendiri-sendiri. Makin besar kekuatan
sinerginya dalam setiap kali berinteraksi dengan yang lain, maka akan semakin
besar pula kemampuan yang di hasilkan , itulah diantara kunci menjadi unggul.
Jadi kalau ingin menjadi unggul, nikmati hidup berjamaah, karena seorang yang
pintar jika bertemu orang yang pintar akan bertambah pintar. Untuk itu
berjamaahlah, tapi berjamaah yang positif, karena berjamaah itu ada kalanya
saling melemahkan dan saling melumpuhkan. Maka, lakukanlah branchmarking (studi
banding) ke institusi lain sebagai perbandingan, dan ini sangat penting. Hal
ini agar pemikiran kita terus berkembang tidak mandek atau di situ-situ terus..
Oleh karena itu jangan pernah meremehkan orang lain, setiap bertemu orang harus
jadi sarana perubahan dan penambahan wawasan kita. Jangan merasa pintar
sendiri, merasa yang terbaik, yang terbagus, maka sebenarnya kita telah menjadi
yang terbloon.
Manajemen
Kalbu. Tidak bisa tidak, bagi pribadi yang ingin unggul dan
prestatif maka dia harus mampu mengendalikan suasana hatinya, karena orang itu
tergantung suasana hatinya. Kalau hatinya merasa gembira, maka dia gembira.
Kalau hatinya sedang sedih maka sedih pula dirinya, kalau hatinya lagi dongkol,
ngambek ,maka seperti itulah dirinya. Semua tergantung pada suasana hatinya,
maka bagi orang yang tidak mampu mengendalikan/mengelola hatinya akan merasa
repot dalam menghadapi hidup ini. Rosululloh SAW bersabda “ingatlah dalam tubuh
manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan
baiklah seluruh tubuhnya, tetapi bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh
tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati”,(HR. Bukhari – Muslim).
Buku ini hadir dengan gaya bahasa Oki
Setiana Dewi yang apa adanya. Tidak
hanya sekedar menjelaskan bagaimana Oki tumbuh dan berkembang, sejak masa kecil
hingga ia sukses seperti sekarang ini. Tapi, ia juga berusaha memberikan
pengalaman terbaiknya untuk dijadikan pelajaran bagi kita semua bahwa untuk
menuju Tuhan membutuhkan kekuatan dan keteguhan hati untuk terus mengasah
seberapa besar cinta kepada-Nya Allah Azza wa jalla.
Buku ini, saya kira mengandung
ajakan yang bernilai positif untuk ukuran pembaca remaja yang sekarang ini
membutuhkan banyak pencerahan melihat banyaknya degradasi moral. Bukan
bermaksud menggurui dan menjustifikasi sesorang, melalui tulisannya Oki juga mampu
menjadi bagian kegundahan yang belum terjawab oleh kalangan remaja pada umunya.
Oki juga menjelaskan bahwa Islam dengan Identitasnya tidak menghalanginya untuk
berprestasi.
Selamat membaca!
Subhanallah
BalasHapus